Melihat pertunjukan Rampai Tari untuk Lombok dan Palu di Yokohama, Kanagawa
2019-08-20
Melihat pertunjukan Rampai Tari untuk Lombok dan Palu di Yokohama, Kanagawa
Pada tanggal 12 Agustus 2019 yang lalu, IKIDANE NIPPON mendapat kesempatan untuk meliput acara amal Rampai Tari for Lombok and Palu yang diselenggarakan di Yokohama Museum of Art (Museum Seni Yokohama) di dekat stasiun Minatomirai.
Acara amal ini didukung oleh organisasi Palang Merah Indonesia (PMI), dan semua penghasilan yang didapatkan dari hasil penjualan tiket dan suvenir di acara ini akan disumbangkan ke Pulau Lombok dan Palu untuk membangun saluran air baru untuk mengganti saluran air lama yang rusak karena gempa.
Menampilkan tarian tradisional Indonesia, acara ini diselenggarakan di Lecture Hall (ruangan lektur) museum bernotabene ini.
Ruangan lektur ada di lantai bawah tanah museum ini dan begitu kami masuk ke area ruangan lektur, kami melihat kios suvenir yang menjual suvenir khas Indonesia seperti pakaian batik, tas dari bahan batik, dan pajangan khas Indonesia lainnya. Dengan membeli suvenir-suvenir ini, kalian akan membantu menyumbang biaya pembangungan saluran air di area bencana alam di Lombok dan Palu.
Setelah itu kami masuk ke dalam ruangan lektur dan memilih tempat duduk paling depan supaya bisa mengambil foto yang bagus.
Sebelum acara dimulai, kami membuka buklet acara ini. Di dalam buklet acara, tertulis profil Duta Melati, organisasi lokal Jepang beranggota orang Indonesia dan orang Jepang yang melestarikan tarian tradisional Indonesia. Laporan singkat tentang kondisi area bencana alam di Lombok dan Palu juga tertulis. Rundown acara juga ada di alam buklet ini.
Tarian pertama yang kami lihat adalah Tari Muli Betanggai dari daerah Lampung Selatan.
Tarian ini pada awalnya hanya dipentaskan dalam acara gawi adat di Lampung, tetapi akhirnya tarian ini dipentaskan di dalam acara-acara besar.
Tarian yang ceria ini dipentaskan untuk menyambut tamu yang hadir dalam acara-acara besar tersebut.
Tarian berikutnya adalah Tari Rantak dari daerah Padang (Minangkabau).
Gerakan tarian ini sangatlah dinamis; di mana sebagian besar koreografinya terinspirasi oleh gerakan pencak silat.
Yang membuat tarian ini unik adalah suara hentakan kaki yang serentak dan tegas.
Tarian ini diciptakan untuk melestarikan gerakan pencak silat.
Tarian berikutnya adalah Tari Pakarena yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Tari Pakarena adalah salah satu tarian tradisional masyarakat Suku Bugis yang paling terkenal.
Tarian ini dipentaskan untuk menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan.
Setelah pertunjukan ini, ada presentasi tentang situasi area bencana alam Pulau Lombok dan Palu sekarang ini.
Presentasi yang dilaksanakan oleh seorang pria Jepang bernama Bpk. Kazuhisa Matsui dan seorang pria Indonesia asal Palu bernama Indra Kusuma sangatlah menggugah hati.
Di presentasi itu kami bisa melihat kondisi Pulau Lombok dan Palu masihlah cukup kritis, dan pastinya dibutuhkan sumbangan yang cukup banyak untuk membangun kembali kedua area tersebut (karena gelap, kami tidak bisa mendapatkan foto kedua pihak yang bersangkutan).
Setelah presentasi, Tari Piring dari Padang (Minangkabau) dipentaskan.
Sebelum agama Islam masuk ke Padang, tarian ini pada awalnya dipentaskan untuk menunjukan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah kepada dewa-dewi, dan sekarang tarian ini dipentaskan sebagai hiburan untuk masyarakat.
Kalian bisa melihat tarian ini ketika mengunjungi upacara adat, upacara pernikahan, dan acara sunatan di daerah Minangkabau.
Setelah tari piring, Tari Burung Enggang, yang merupakan tarian tradisional Suku Dayak Kenyah dari Kalimantan Timur ditampilkan.
Tarian yang wajib dipentaskan di setiap upacara adata Suku Dayak Kenyah ini biasanya dibawakan oleh wanita-wanita muda Suku Dayak Kenyah.
Dipercaya bahwa konon katanya nenek moyang Suku Dayak Kenyah turun ke bumi dari langing menyerupai burung enggang, tarian ini dipentaskan untuk memuliakan nenek moyang mereka, dan burung enggang selalu dihormati dan dimuliakan di daerah tersebut.
Tarian terakhir yang ditampilkan di sesi pertama acara amal ini adalah Tari Bajidor Kahot yang berasal dari Jawa Barat.
Gerakan para penari yang lemah gemulai dan dinamis ini sangatlah mempesona dan menawan.
Aksesori dan pakaian yang berwarna cerah, serta kipas yang digunakan dalam tarian ini membuat penampilan tarian ini terlihat sangat indah.
Setelah tarian ini selesai, sesi pertama acara amal ini ditutup dan ada rehat selama 10 menit di mana para pengunjung bisa menggunakan kesempatan ini untuk pergi ke kamar mandi.
Sesi kedua acara ini dibuka dengan pentas musik gamelan lagu Tokechang yang berasal dari Jawa Barat dan lagu Lesung Jumengglung yang berasal dari Jawa Tengah.
Irama musik gamelan yang dinamis dan harmonis ini menggema di dalam ruangan lektur Museum Seni Yokohama, membius para penonton dengan irama dan warna musiknya yang unik.
Penampilan berikutnya adalah Tari Ngarojeng yang berasal dari Jakarta.
Tarian yang pertama kali dipentaskan pada Festival tari se Jawa dan Bali pada tahun 1981/1982 di Semarang iniadalah adaptasi dari musik Ajeng; musik gamelan yang biasanya dipentaskan untuk mengiringi upacara pernikahan adat Betawi.
Gerakan penari yang lincah tapi lemah gemulai ini sangatlah memukau.
Lagu dan tarian terakhir yang dipentaskan oleh grup gamelan ini adalah Tari Merak yang berasal dari Jawa Barat.
Tari Merak adalah tari kreasi baru yang mengekspresikan kehidupan burung merak.
Pertama kali dipentaskan oleh Seniman Sunda Raden Tjetje Somantri, tarian ini dipentaskan di atas panggung untuk menyambut tamu.
Gerakan penari cantik yang lemah gemulai dan dinamis ini memukau para penonton, membuat mereka seolah-olah terbius oleh pesona tarian ini.
Tarian berikutnya adalah Tari Pemburu Kijang yang berasal dari Jawa Tengah.
Tari yang dipentaskan berpasangan ini menceritakan situasi ketika Ramayana pergi memburu seekor kijang.
Perpaduan antara gerakan Ramayana yang gagah dan dinamis, serta gerakan kijang yang lemah gemulai sangatlah indah dan memukau.
Tarian berikutnya adalah Tari Rejang Renteng yang berasal dari Nusa Penida, Bali.
Tarian yang dianggap sakral ini juga teregistrasi sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Berwujud UNESCO.
Hanya boleh ditarikan oleh ibu-ibu saja, pakaian yang digenakan oleh para penari dan koreografi tari ini sangatlah sederhana dan jumlah penarinya harus ganjil dan tidak boleh genap.
Acara ini ditutup oleh Tari Saman yang berasal dari Aceh.
Tari Saman adalah tarian tradisional Suku Gayo yang biasanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa dan upacara adat penting.
Tarian ini diiringi oleh syair dalam Bahasa Gayo, dan juga teregistrasi sebagai salah satu Daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.
Dianggap sebagai simbol keagamaan, pendidikan, sopan santun, kepahlawanan, kebersamaan, dan kekompakan; gerakan tari Saman yang temponya menjadi cepat sedikit demi sedikit, membutuhkan kerjasama kuat antara penari.
Setelah acara selesai, pemimpin Duta Melati, Ibu Tini Kodrat mengucapkan terima kasih dan mengumumkan jumlah uang yang telah terkumpul dari acara ini.
Jumlah uang yang terkumpul adalah 246.573 yen, yang jika dirupiahkan kurang lebih sebesar 33 juta rupiah.
Uang yang terkumpul akan langsung dikirim ke penampung dana yang ada di Indonesia menggunakan servis dari Kyodai Remittance; perusahaan Jepang yang menawarkan servis transfer uang ke luar negeri yang cepat dengan biaya yang terjangkau.
Sumbangan yang terkumpul itu telah dikirim hari Sabtu lalu tanggal 17 Agustus 2019 ke PMI dan akan digunakan untuk membangun kembali saluran air yang rusak karena bencana alam yang menimpa Pulau Lombok dan Palu.
Melihat ruangan lektur Museum Seni Yokohama yang dipenuhi oleh para penonton berkebangsaan Jepang dan Indonesia, serta melihat para penari berkebangsaan Jepang dan Indonesia menarikan tarian tradisional Indonesia dengan penuh semangat membuat IKIDANE NIPPON terharu.
Melihat dukungan rakyat Jepang dalam acara amal ini membuat kami merasa yakin bahwa persahabatan Jepang dan Indonesia yang telah terjalin selama 61 tahun akan semakin membaik ke depannya.
Kami berharap semoga Jepang dan Indonesia ke depannya bisa tetap saling tolong menolong dan saling mendukung dalam berbagai aspek; khususnya dalam hal budaya, pendidikan, ekonomi, dan pembangunan infrastruktur.
Download aplikasi kami dan dapatkan diskon di toko terpopuler di Jepang!
iOSAndroid
Beritahukan kami apabila artikel ini perlu diperbaiki Form laporan & masukan