Indonesia
Indonesia
TOP
Artikel
Pengalaman IKIDANE NIPPON mengunjungi Enoshima Bali Sunset 2019!
2019-07-24

Pengalaman IKIDANE NIPPON mengunjungi Enoshima Bali Sunset 2019!

Belum lama ini IKIDANE NIPPON mengunjungi acara Enoshima Bali Sunset yang diselenggarakan di The Samuel Cocking Garden, sebuah taman tropikal di puncak pulau Enoshima di Kanagawa. Enoshima Bali Sunset adalah acara tahunan yang menampilkan pertunjukan seni tari dan musik Bali, dan juga tarian dan musik tradisional Indonesia lainnya. Telah diselenggarakan selama bertahun-tahun, Enoshima Bali Sunset menyambut tahun ke-14 nya di tahun 2019. Acara luar biasa ini didukung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Jepang, Visit Indonesia Tourism Office, Garuda Indonesia, Bir Bintang, dan perusahaan Jepang lokal yang menjual produk atau servis berkaitan dengan Indonesia. Ayo ikuti pengalaman IKIDANE NIPPON mengunjungi Enoshima Bali Sunset 2019 kali ini!
Terletak di puncak pulau Enoshima, kalian harus jalan kaki kurang lebih sekitar 30 - 40 menit dari Stasiun Kata-enoshima di jalur Odakyu. Apabila kalian tidak mau mendaki, kalian bisa menggunakan eskalator ke The Samuel Cocking Garden dengan membayar 360 yen (sudah termasuk pajak) sekali jalan. Festival budaya ini dipenuhi oleh kios-kios yang menjual makanan dan minuman khas Indonesia, oleh-oleh khas Indonesia, kebaya, dan pajangan kayu khas Indonesia. Salah satu kios yang menarik perhatian kami adalah kios MIE BAKSO yang menjual mie bakso, mie goreng, bakso, sate, dan Bir Bintang. Menjual makanan dan minuman favorit Indonesia, orang mengantre panjang di depan kios ini dan karena kami malas mengantre, kami pergi ke kios sebelah untuk membeli...
(suara genderang...)
TEH BOTOL SOSRO!!! Walaupun mendung, suhu dan kelembaban udara di Pulau Enoshima cukup tinggi, dan kami rasa kami wajib minum teh botol Sosro untuk menyejukkan diri kami! Minuman favorit Indonesia ini langsung habis dalam sekejap, dan tubuh kami yang telah loyo pun menjadi segar kembali!
Setelah itu, kami langsung menuju ke dekat panggung untuk mencari tempat duduk yang nyaman.
Setelah duduk kami langsung memasang tripod tongsis kami untuk mengambil foto dan video tarian tradisional Indonesia yang cantik dan keren. Tarian pertama yang kami lihat adalah Bajidor Kahot, sebuah tarian yang memadukan tarian tradisional Bali dan tarian tradisional propinsi Jawa Barat Jaipong. Para penari menari dengan lemah gemulai di atas panggung sambil menyebar senyuman manis ke arah penonton.
Setelah menonton tarian Bajidor Kahot, kami mengunjungi kios Jamu Teras Manis untuk membeli jamu "Kunyit Asam"; jamu yang populer di kalangan wanita Indonesia akan khasiatnya dalam melancarkan haid dan mengurangi nyeri haid. Rasa jamu kunyit asamnya tidak terlalu asam dan manis, pas sekali untuk diminum di hari yang panas karena rasanya segar!
Setelah puas minum jamu kami menyaksikan tarian Rejang Renteng; tarian tradisional khas Nusa Penida, Bali yang sakral dan juga merupakan salah satu Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Tarian sakral ini hanya boleh ditarikan oleh ibu-ibu saja menggunakan koreografi dan pakaian yang sederhana. Jumlah penarinya harus ganjil dan tidak boleh genap (jumlah penari di acara ini ada 5 orang, hanya 4 orang yang kelihatan di foto ini).
Setelah tarian Rejang Renteng, para penari pria hadir di depan panggung menarikan tari Baris Gede. Tari Baris Gede adalah sebuah tarian sakral yang hanya dipentaskan di acara keagamaan di Pura Bali. Tarian ini hanya bisa ditarikan oleh pria saja dan juga disebut sebagai tarian pengawal dewa. Para penari mengenakan pakaian prajurit perang dan membawa senjata berupa tombak.
Tarian berikutnya adalah tarian Siwa Nataraja, yang merupakan simbol dari agama, seni, dan ilmu pengetahuan. Tarian ini adalah tarian kosmis Dewa Siwa, di mana Dewa Siwa memutar dunia ini dengan gerakan tangan dan tubuhnya. Setiap gerakan tangan dan gerakan tubuh tarian sakral ini memiliki makna tersendiri, dan tidak semua orang bisa menarikan tarian ini.
Tarian berikutnya adalah tarian Panyembrama, sebuah tarian yang diciptakan oleh I Wayan Berata dan ditampilkan pertama kalinya di tahun 1971. Tarian yang diiringi oleh musik gamelan ini menggabungkan berbagai macam gerakan dari beberapa tarian sakral Bali. Tarian tradisional ini ditarikan oleh orang Bali untuk menyambut tamu.
Berikutnya kami menonton tarian Margapati, yang diciptakan oleh Alm. Nyoman Kaler pada tahun 1942 dan melukiskan gerak-gerik raja hutan (singa) yang sedang berkelana di tengah hutan memburu mangsanya. Tarian ini dianggap sebagai tarian jalan menuju kematian karena namanya: Di Bali, "Marga" yang berarti jalan, dan "Pati" yang berarti kematian. Tarian ini juga dianggap menggambarkan kesalahan jalan seorang wanita, karena tarian ini biasanya ditarikan oleh seorang penari wanita dengan gerakan-gerakan yang menyerupai seorang laki-laki. Tarian ini memadukan gerakan tari Bali Utara dan Bali Selatan.
Acara ini ditutup dengan tarian Belibis, sebuah tari kreasi baru dari Bali yang menggambarkan keindahan kehidupan sekelompok burung belibis dalam cerita Angling Dharma. Lahir di tahun 1984, tari ini ditarikan oleh orang Bali sebagai hiburan.
Acara Enoshima Bali Sunset diselenggarakan setiap tahun di The Samuel Cocking Garden di Pulau Enoshima dan di acara ini kalian bisa menikmati pertunjukan tarian tradisional Bali dan Indonesia, hidangan lokal Indonesia, dan membeli suvenir-suvenir khas Indonesia. Walaupun acara ini tidak berhubungan langsung dengan budaya Jepang, tidak ada salahnya kalian mengajak teman orang asing atau orang Jepang kalian untuk menonton acara ini ketika berlibur ke Jepang di musim panas!
Enoshima Bali Sunset Lokasi: The Samuel Cocking Garden, Pulau Enoshima Stasiun terdekat: Stasiun Katase-enoshima di jalur Odakyu Jadwal: setiap tahun di musim panas (akhir bulan Juli atau awal bulan Agustus) GOOGLE MAP Website Resmi Enoshima Bali Sunset Website Resmi The Samuel Cocking Garden (Enoshima Candle)
Download aplikasi kami dan dapatkan diskon di toko terpopuler di Jepang! iOS Android Beritahukan kami apabila artikel ini perlu diperbaiki Form laporan & masukan